Jumat, 31 Juli 2009

AKU, KAU, DAN DUNIAMU

Terkadang aku harus berpikir dua kali tuk menuliskan kata-kata puitis yang menurutmu itu tidak seindah kenyataannya. Entah mengapa ucapan itu sangat mengganjal di hatiku, mengepul dalam ruang pikiranku seperti asap rokok yang tak dapat mengalir keluar karena berada di ruangan kecil tanpa jendela yang menghubungkannya dengan dunia luar. Begitu memekakkan jiwa. Tapi, aku takkan salahkan kau. Karena, aku sadar kata-kata puitis yang kuberikan hanyalah sejumput harapan dari luasnya kemaksimalan kenyataan. Namun, bagiku kata-kata itu sangatlah berarti. Bagaimana bisa seseorang bangkit dari terpuruknya tanpa harapan? Harapan bagiku adalah ruh bagi matinya jiwa. Namun, aku yakin kau pasti akan menertawainya kala aku berkata demikian bahkan mungkin kau akan berkata bahwa aku akan termakan angan-angan dan mati karena mimpi semata. Aku tahu kau adalah realita. Kau adalah jiwa yang terekat dalam pekatnya kenyataan sehingga kau tidak menyadari bahwa dunia ini masih indah, menurutku seperti itu. Terkadang aku bertanya dalam hati, apakah kau pernah merasakan “lepas bebas bahagia”, seperti aku yang untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di pantai indah nan luas? Apakah kau pernah duduk menonton film komedi sambil menikmati coffeemix hangat? Apakah kau pernah bermain ke fun city dan tertawa sepuasnya sambil menghabiskan koin yang baru saja kau beli untuk terakhir kalinya? Pernahkah kau? Sungguh aku ingin tahu…mungkin semua pertanyaan-pertanyaanku itu bisa diukur sekaliber pertanyaan anak SD saja dan lagi-lagi tidak dewasa hingga mungkin kau akan menertawaiku untuk yang kesekian kalinya. Tapi sungguh aku ingin tahu…mungkin kau bukanlah orang sepertiku. Mungkin kau punya arti tersendiri dalam memaknai kata “lepas bebas bahagia”. Kuyakin kau ingin tahu mengapa aku berkata seperti ini, semua ini terjadi kala tiada lagi kutemukan pelangi di wajahmu, tak ada lagi jemari menyambut hangat mentari seperti biasanya. Aku melihat beribu ton bebatuan seakan runtuh di pundak itu. Aku merasa kaki itu terikat kuat oleh sebuah besi baja hingga kau tidak seperti biasanya. Sekarang, anggap saja aku adalah makhluk dari negeri harapan yang terusik dengan hilangnya bintang jatuh di hidupmu.

NB: This article is bought to you by seeing my experience and it happened when I met someone who is very busy in his life...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar