Sabtu, 28 November 2009


Salahkah aku bila aku memuji matahari yang jelas menyinari bumi

Salahkah aku jika aku bangga akan rembulan yang dengan indahnya terangi langit malam


Salahkan aku jika aku bahagia dengan taman mawarku yang selalu membuat orang bahagia saat melaluinya


Salahkah aku?

Jika aku memang salah, lalu yang benar itu bagaimana menurutmu?


Aku tidak memetik dan mengawetkan mawar yang kusuka

Aku tidak langsung naik ke angkasa karena bahagia dengan rembulanNya

Aku pun tidak serta merta memandangi matahari langsung kala ia bersinar panas di siang hari


Lalu aku salahnya di mana?

Sehingga aku dikurung dan disembunyikan dari matahari, rembulan, dan taman mawarku


Jika aku memang salah, katakanlah...

Biar aku bisa memahami kebenaran dari sudut pandangmu

Minggu, 15 November 2009


Ketika kulihat dirimu maka berkecamuklah di dalam hatiku tentang kamu

Aku tak bisa membaca apa yang sedang tersirat dalam hari-hariku bersamamu

Aku terlalu takut untuk menyimpulkan dan memaknai sebuah pertemuan

Segala hal yang pernah terjadi telah membuatku harus berpikir mendalam

Aku tak mau lagi jatuh untuk kedua kalinya

Kala kutemui engkau yang kukira adalah segalanya

Namun, ternyata kau hanya menjalankan sebuah prosedur yang sebenarnya aku pun telah mengerti

Bisakah rasa ini aku kekang

Ketika hatiku tak mampu untuk membodohi lagi

Walau aku tahu tak sepantasnya aku begini

Kala semua orang melihatku dengan mahkota yang terikat di kepala

Ada hal-hal yang tak bisa dan tak biasa dilakukan

Yaitu....

Menjadi manusia yang tak menghiraukan akan hatinya yang jelas-jelas menjerit karena panasnya cinta

Ya Allah...aku mau kembali saja padaMu..

AKU ADA KETIKA KAU PUN ADA


Aku ada ketika kau pun ada

Takkah kau berpikir mengapa aku senantiasa ada di setiap keberadaanmu

Aku layaknya bayangan yang selalu hadir

Dan aku pun tahu jika bukanlah hal yang bijak ketika aku lakukan itu

Aku pun sadar bukanlah waktu yang tepat jika aku berbuat seperti ini

Tapi rasa membuatku mati

Mati bila tak menemukanmu sebagai bayanganku

Aaarrgggghhh....

sungguh aku telah menjadi korban roman picisan

dan aku benci itu!!!

Sabtu, 29 Agustus 2009

SAJAK HATI

Bahkan hingga malam selarut ini, aku tak dapat menjernihkan pikiranku

Aku merasa tak ada waktu luang untuk benar-benar kosong

Kucoba tuk menutup mata namun hampa

Terus menerus memaksa diri untuk berpikir ketika belum kupahami

Mengapa aku mencarinya dan mengapa aku bertanya akan hadirnya


Ada sesuatu yang bukanlah biasa

Ada sesuatu yang kurasa tapi tiada


Penjelasan yang coba kurangkaipun tak bisa aku dapatkan

Aku takut jika nanti ada yang bertanya padaku akan semua ini

Meminta pertanggung jawabanku akan anehnya tingkahku

Bahkan hingga malam mengundang pagi pun, aku masih terjaga


Dalam tidur aku bersua

Dalam bangun pun aku terus merasa


Oh, aku ingin cepat-cepat bertemu dengan sang Empunya Nyawa

Untuk mengadukan perasaanku yang telah mendua dariNya

Rabu, 19 Agustus 2009

DIKALA RAGU AKAN DIRINYA...

Ya Allah…
Seandainya telah Engkau catatkan
dia akan mejadi teman menapaki hidup
Satukanlah hatinya dengan hatiku
Titipkanlah kebahagiaan diantara kami
Agar kemesraan itu abadi
Dan ya Allah… ya Tuhanku yang Maha Mengasihi
Seiringkanlah kami melayari hidup ini
Ke tepian yang sejahtera dan abadi

Tetapi ya Allah…
Seandainya telah Engkau takdirkan…
…Dia bukan milikku
Bawalah ia jauh dari pandanganku
Luputkanlah ia dari ingatanku
Ambillah kebahagiaan ketika dia ada disisiku

Dan peliharalah aku dari kekecewaan
Serta ya Allah ya Tuhanku yang Maha Mengerti…
Berikanlah aku kekuatan
Melontar bayangannya jauh ke dada langit
Hilang bersama senja nan merah
Agarku bisa berbahagia walaupun tanpa bersama dengannya

Dan ya Allah yang tercinta…
Gantikanlah yang telah hilang
Tumbuhkanlah kembali yang telah patah
Walaupun tidak sama dengan dirinya….

Ya Allah ya Tuhanku…
Pasrahkanlah aku dengan takdirMu
Sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan
Adalah yang terbaik buatku
Karena Engkau Maha Mengetahui
Segala yang terbaik buat hambaMu ini

Ya Allah…
Cukuplah Engkau saja yang menjadi pemeliharaku
Di dunia dan di akhirat
Dengarlah rintihan dari hambaMu yang naif ini

—————————————-
Jangan Engkau biarkan aku sendirian
Di dunia ini maupun di akhirat
—————————————-

Menjuruskan aku ke arah kemaksiatan dan kemungkaran
Maka kurniakanlah aku seorang pasangan yang beriman
Supaya aku dan dia dapat membina kesejahteraan hidup
Ke jalan yang Engkau ridhai
Dan kurniakanlah padaku keturunan yang soleh

Amin… Ya Rabbal ‘Alamin

YA ALLAH, IZINKANLAH HAMBA...

Ya Allah……
Bila hamba bertemu dengan seseorang
dan hamba jatuh cinta
Izinkanlah hamba menjadi yang terbaik baginya
dan dia yang terbaik bagi hamba

Ya Allah……
Bila Hamba menjadi isteri seseorang
Izinkanlah diri hamba menjadi pelindung baginya
izinkanlah wajah hamba menjadi kesenangan baginya
izinkanlah mata hamba menjadi keteduhan baginya
izinkanlah pundak hamba menjadi tempat melepas keresahan baginya
izinkanlah setiap perkataan hamba menjadi kesejukan baginya

Ya Allah……
Izinkanlah setiap pelukan menjadi jalan untuk lebih mendekat kepadaMu
izinkanlah setiap sentuhan menjadi perekat cinta kepadaMu
izinkanlah setiap pertemuan menjadikan kami bersyukur kepadaMu

Ya Allah……
izinkanlah hati yang sangat halus ini tidak pernah merasa tersakiti
izinkanlah hati yang rentan ini tidak pernah merasa terkhianati

Ya Allah……
jiwa kami ada dalam genggamanMu
maka izinkanlah jiwa kami selalu bertaut dalam cintaMu

Ya Allah……
permintaan terakhirku, semoga kami berdua selalu berada dalam perlindunganMu

SEPENGGAL DOA UNTUKMU

Robb,…
Aku datang pada Mu dengan penuh kepasrahan
Ketika dihadapkan kepada pilihan terberat

Robb,…
Beri ketetapan hati untukku
Hati yang terbaik yang sama-sama kita lihat
Hati yang bukan saja menyejukkan dalam pandanganku
Tapi hati yang telah kau lihat sampai menembus relung kalbunya…

Alloh yang Maha Kuasa,
Maha melihat masa depan,
Maha mengetahui yang akan terjadi
Engkau jua yang mengetahui keinginan terdalam hatiku

Ya Alloh,…
Jika mendambanya adalah kesalahan
dan merindunya adalah kekeliruan
Tolong jangan biarkan hati ini terbuai dalam keindahan fatamorgana semu…

Jika kesempurnaannya bukan untukku…
Tolong bawa jauh dari relung hati…
Hapuskan khayalan keindahan tentangnya
dan jangan biarkan aku terlena dalam keindahannya…
Gantikan aku dengan kesempurnaan yang sebenarnya untuk dia

Tapi Tuhan,…
Jika kesempurnaanku adalah bersamanya
Beri aku kekuatan menentukan pilihan
Beri aku kesabaran dalam menjalani proses menggapainya
Jika dia memang untukku…
Jangan biarkan aku menyerah & terpuruk dalam belenggu masa lalu…………

Smoga kau ridhoi kami untuk bersatu
Mengarungi sisa umur…
Menapaki jalan kearah Mu…
Dan melukis keindahan untuk dunia dan akhirat kami…

Tolong beri kesabaran yang penuh…
dalam melalui detik-detik waktu yang berjalan…

Amien……

Doa ini untuk seseorang yang telah mengingatkan tentang kekuasaan-Nya, menjadikan aku kembali merindukan cinta-Nya. Terimakasih atas semua yg pernah kita lalui…..
Smoga Alloh slalu membimbing & membahagiakan mu… Amien

Jumat, 31 Juli 2009

RENUNGKANLAH...


Terkadang kita tak pernah menyadari bahwasannya saat kita menganggap sesuatu sebagai hal yang biasa saja, namun ternyata itu adalah sebuah hal yang paling luar biasa di hidup kita.

Begitulah manusia, tiada syukur di setiap hela nafasnya. Kita senantiasa terfokus pada hal-hal yang menurut kita adalah sebuah kelebihan, tapi ternyata semua tidaklah demikian. Apa yang menurut kita adalah sebuah kekurangan malah bisa menjadi sebuah kelebihan di mata orang lain dan begitu pula sebaliknya.

Maka, janganlah pernah mengurung diri dalam sebuah paradigma yang akhirnya hanya membuat kita tidak bisa membebaskan jiwa kita sendiri. Jadilah dirimu apa adanya, tapi bukan sebagai orang yang tak punya, melainkan apa2nya ada…

Kau bisa menjadi apapun yang kau mau dan yang terpenting adalah selalu membantu orang lain di sekitarmu. Jadilah jawab dalam tanya. Jadilah terang dalam gelap. Jadilah pelangi setelah badai berlalu.

THE PRAY FOR LOVE

Allah yang Maha Pemurah…

Terima kasih Engkau telah menciptakan dia
dan mempertemukan saya dengannya.

Terima kasih untuk saat - saat indah
yang dapat kami nikmati bersama.

Terima kasih untuk setiap pertemuan
yang dapat kami lalui bersama.

Saya datang bersujud dihadapanMU…

Sucikan hati saya ya Allah, sehingga dapat melaksanakan kehendak dan rencanaMU dalam hidup saya.

Ya Allah, jika saya bukan pemilik tulang rusuknya, janganlah biarkan saya merindukan kehadirannya…
janganlah biarkan saya, melabuhkan hati saya dihatinya..
kikislah pesonanya dari pelupuk mata saya dan jauhkan dia dari relung hati saya…

Gantilah damba kerinduan dan cinta yang bersemayam didada ini dengan kasih dari dan padaMU yang tulus, murni…
dan tolonglah saya agar dapat mengasihinya sebagai sahabat.

Tetapi jika Engkau ciptakan dia untuk saya…
ya Allah tolong satukan hati kami…
bantulah saya untuk mencintai, mengerti dan menerima dia seutuhnya…
berikan saya kesabaran, ketekunan dan kesungguhan untuk memenangkan hatinya…

Ridhoi dia, agar dia juga mencintai, mengerti dan mau menerima saya dengan segala kelebihan dan kekurangan saya
sebagaimana telah Engkau ciptakan…

Yakinkanlah dia bahwa saya sungguh - sungguh mencintai dan rela membagi suka dan duka saya dengan dia…

Ya Allah Maha Pengasih, dengarkanlah doa saya ini…
lepaskanlah saya dari keraguan ini menurut kasih dan kehendakMU…

Allah yang Maha kekal, saya mengerti bahwa Engkau senantiasa memberikan yang terbaik untuk saya…
luka dan keraguan yang saya alami, pasti ada hikmahnya.

Pergumulan ini mengajarkan saya untuk hidup makin dekat kepadaMU untuk lebih peka terhadap suaraMU yang membimbing saya menuju terangMU…

Ajarkan saya untuk tetap setia dan sabar menanti tibanya waktu yang telah Engkau tentukan….

Jadikanlah kehendakMU dan bukan kehendak saya yang menjadi dalam setiap bagian hidup saya…

Ya Allah, semoga Engkau mendengarkan dan mengabulkan permohonanku.

Amien.

MELOGIKAKAN CINTA


Kututup buku kumcer yang sedari tadi kubaca. Entah mengapa aku tak bisa konsentrasi pada setiap cerita yang ada di dalamnya. Semuanya tak bersisa di hati. Tak seperti biasanya. Semuanya hanya seperti angin lalu. Tiada hikmah ataupun kata-kata yang bisa kutangkap.

Huh. Kuhela nafasku panjang. Pikiranku kacau hari ini. Tiada satu pun pekerjaanku yang selesai dengan baik. Kali ini aku menyerah. Kucoba hentikan segala aktifitasku. Keselami pikiranku yang ruwet bagai benang kusut. Ada apa sih? Yah, begitulah jikalau diri sudah tak mau jujur lagi pada hati nurani. Sudah jelas batin menjerit tapi aku tak peduli.

Azza. Hanya nama itu yang sebenarnya terngiang dalam jiwaku. Sungguh tiada yang lain. Segala aktifitasku hanyalah topeng yang kubuat sendiri agar aku tidak terlihat sedang melamunkan seseorang. Dari dulu aku memang tak suka untuk menghabiskan waktu hanya dengan membayangkan seseorang yang tak pernah mau memahami hatiku. Kini aku lebih terlihat realistis dalam berpikir. Semua pengalaman pahit tentang cinta telah membuatku membentengi diri dari segala hal yang bernafaskan cinta. Aku telah berjanji pada diriku sendiri agar tidak buru-buru dalam merajut tali kasih. Yah, akhirnya aku pun merasa hampa. Sangat hampa.

Kupandangi hp yang selalu ada di sisiku. No message. No miscall. Hatiku menjerit dan bertanya kemanakah dia. Mengapa dia tak kunjung mengirimkan pesan satu pun padaku? Bahkan miscall darinya pun kutunggu demi mengobati rasa rinduku, tapi what can I say. Nothing.

Akhirnya dengan sedikit ragu aku memencet nomor Azza, tapi kuyakinkan diriku lagi. Ternyata gengsiku lebih tinggi dibandingkan dengan perasaanku yang hampir meledak ini. Dengan sedikit kecewa akhirnya kupupuskan semua keinginanku untuk memiscallnya. Aku pun harus berani mengambil resikonya dengan menelan pil pahit kerinduan.

Kurebahkan tubuhku di kasur ternyaman yang pernah kumiliki. Namun, kenyamanan kasur ini tak senyaman hatiku. Lagi-lagi hanya namanya yang terlantunkan di dalam jiwaku. Tuhan, mengapa dia selalu ada di otakku? Kucoba tuk mencari jawaban yang logis agar hatiku terpuaskan. Hmm..Dia tak pantas untukku karena dia sekarang adalah sahabatku. Dia telah jatuh cinta pada orang lain dan aku pun tahu siapa wanita itu. Bahkan aku pun selalu memberikan saran bagaimana caranya mendekati wanita yang kini sedang berada di istana hatinya itu. Duh, aku tak boleh jatuh cinta lagi padanya. Cukup sekali aku melakukan kebodohan itu. Sekarang tidak boleh terulang.

Dulu aku adalah kekasihnya. Dulu dia sangat mencintaiku. Dulu aku berada di dalam istana hatinya, tapi semakin lama semakin banyak aral melintang hubungan kami. Hingga kuputuskan cintanya dan berjanji tuk menjadi temannya saja. Namun, entah apa yang merasuki pikiranku kali ini. Aku benar-benar merasa putus asa kala ia menceritakan tentang perasaannya kini yang sedang tertambat pada seorang wanita. Oh Tuhan, aku benar-benar merasa kacau. Tapi, lagi-lagi aku menutupi segala kecemburuanku itu dengan segudang nasihat untuknya. Terkadang aku merasa telah menjadi manusia yang paling munafik karena telah membohonginya. Bahkan yang paling parahnya lagi aku telah menipu diriku sendiri demi sebuah janji tuk tidak terjerembab lagi pada dirinya. Sungguh hatiku bagai teriris. Namun, layaknya seorang aktris pemenang awards, aku pun melanjutkan hidup dengan sandiwara. Tawa adalah tangis. Senyum adalah luka. Bertemu dan mendengarkan segala kisah cintanya seakan menjadi cobaan terberat yang pernah ada. Padahal aku berjanji menjadi teman setia yang rela menjadi “tong sampah” bagi hatinya yang sedang gundah karena belum juga mendapatkan sinyal dari sang pujaan hati.

Pernah sekali ia bertanya padaku mengapa dia belum juga menemukan tambatan hati hingga sekarang. Berarti akulah kekasih yang terakhir baginya dan sekarang menjadi penasihat bagi kisah cintanya. Ironis. Ingin kumenertawai diriku sendiri yang membuta-butakan mata yang masih sehat tuk melihat kenyataan.

Beberapa hari yang lalu ia bertanya padaku tentang perasaanku yang sebenarnya padanya. Sungguh mengejutkanku. Ia bertanya apakah dia selalu mengecewakan hatiku? Apakah aku masih mengharapkannya? Deg. Pertanyaan itu benar-benar menguras tenagaku. Tuk berkata ya dan tidak telah berada di antara ruang yang sangat dekat. Dan sebelum aku menjawab, lagi-lagi rasa gengsiku memenangkan segalanya. Dengan santai kujawab “Apa? Kecewa? Buat apa Za?? Sekarang aku adalah temanmu, aku akan selalu berada di sampingmu tuk memberikan solusi agar kamu cepat mendapatkan hatinya.” Hahaha. Ingin sekali aku menampar wajahku sendiri. Munafik sekali aku ini.Ia pun diam setelah mendengar jawabanku itu. Dan ternyata ia telah diam untuk selamanya. Hingga kini tiada lagi kuterima pesan darinya ataupun teleponnya. Oh Tuhan, aku sangat menyesal dengan segala yang telah kulakukan padanya.

Andai dia tahu bahwa selama ini aku telah berbohong padanya tentang perasaanku. Andaikan ia tahu bahwa aku sangat ingin agar ia menjadi seseorang yang mencintaiku seperti pertama kali kami bertemu. Kini, semua itu tinggallah kenangan dan penyesalan yang takkan habis.

Kini, kuhanya bisa berharap kau akan mengirimkan pesan padaku. Terserah apapun yang kau kirimkan. Setidaknya aku masih bisa bersamamu. Entahlah, malam ini yang kurasakan hanyalah kesendirian. Tiada lagi pikiran untuk membohongi diri sendiri. Berpura tak mencinta padahal aku sekarat karenanya. Kali ini kumenangkan hatiku dan tak pedulikan gengsiku. Kuberjanji jika suatu saat kudiberikan kesempatan kedua dan kau bertanya apakah aku masih mengharapkanmu, tanpa pikir panjang lagi aku akan berkata sejujurnya padamu. Satu hal lagi yang harus kuingat bahwa tak semuanya bisa dilogikakan. Apalagi tentang CINTA.

xxxx

DON'T BE A TEACHER!!!


“Don’t be a teacher, Fi!” Said Mr. Roeslan to me.

“What???” I just can feel numb when I heard it from his mouth directly.

Mr. Roeslan is the best teacher that I ever had, but his statement in this noon can make me stuck. How can he told me like that and now I am a teacher. Oh my God, I feel dizzy now.

I still remember when I decided to take a job in this school. So many reasons why I take this chance. First, I’m going to take the subject of micro teaching in sixth semester, so I must have an experience in this field. Second, I want to get my salary and buy anything what I want with no asking my Dad again. Yeah, with those reasons I can get a motivation to do that, however I never thought to be a teacher because I didn’t really enjoy it. I swear.

A lot of questions come to my head when I try to close my eyes. Why the best teacher like Mr. Roeslan can said it? Why he doesn’t want me to be a teacher like him? What’s the matter? Finally, I’m tired and I don’t find the answers for all my questions.

It is 07.00 O’clock now. My mom wakes me up and she wants me to take her to the market, so I get up and take a bath very quickly. I don’t want to make my Mom feel angry because waiting for me.

“Ok Mom, I’m ready now” I said.

“Let’s go!!!” My Mom replied me.

When me and my Mom arrive to the market, I find a lot of sellers that sit near the street and sell their vegetables.

“Yeah, I don’t like to be here for a long time” My heart whispers.

Finally, we get a lot of the vegetables that my Mom is looking for and I’m ready to go. But, wait a minute Mom!!! I see someone that his face is very familiar for me. He sits on the ground and sells the vegetables.

“Oh my God, I know who he is!!!” My heart is beating so fast.

I hold my Mom’s hand. We are standing in front of this man. He looks me deeply and so do I. Am I dreaming? I hit my head. Auww…It’s hurt. So, I’m not dreaming.

“Mr. Roeslan???” I asked him.

“Yes, it’s me,” He reply me.

“What are you doing here?”

“You can see that I sell vegetables,”

I see his eyes deeply and I think he knows what I’m feeling now.

“That’s Ok Fi!” He tries to make me understand about this situation.

“But…” I can hide my feeling that I’m so sad to see him like this.

“Maybe You will understand, if You are in my situation,” He explains to me.

“Is this the reason that You don’t want me being a teacher?”

“Yes, You are right, but…” said Mr. Roeslan.

“But what???”

“But, I think you will have a good future with being a teacher,” He shocks me with his words.

“Good future???”

“Yeah…Good future,”

I don’t understand what he is talking about. I can’t catch his points clearly.

“I’m so sorry Fi,” He said.

“What are you sorry for?”

“I’m sorry because I told you that don’t be a teacher yesterday. I just want to remind you that be a teacher is not a job which gives you a lot of money. And me, I have a family. The salary from being a teacher is not enough for my condition. I have to pay my son’s school. I need a lot of money for something to eat, but I’m forget about something that you are not same as me. You have the parents that pay your study until now and you are still young, so you can get anything what you want.”

“It doesn’t matter Sir, I think you have opened my eyes. I always think that being a teacher is only my research and the way to get some money to buy something that I don’t really need, ” I reply him.

“Now, promise me that you will be a good teacher for your students. I’m sure that it’s good job for you, don’t think about the salary that you get, but the best experience that you will never forget,” He told me.

“I promise Sir,” I smile.

“Ok, do you like Mustard Greens?”

“What?” I’m surprise when he offers me that vegetable.

“Puuuihhh…I don’t like it very much,” I’m screaming in my heart.

“Yes, she loves it,” My Mom said.

“Oh good, just take it, Fi,” Said Mr. Roeslan.

“It’s free???” I asked him.

“Only for the special one, it’s free!”

“Thank you very much…” My Mom takes it with no compromise.

Finally, me and my Mom permit to go. This experience will be my unforgettable moment, where I found someone that struggles to get money for his family. Remember, if you want to be a teacher and think that your salary only for shopping the thing that’s useless, I will suggest you…DON’T BE A TEACHER!!!

AKU, KAU, DAN DUNIAMU

Terkadang aku harus berpikir dua kali tuk menuliskan kata-kata puitis yang menurutmu itu tidak seindah kenyataannya. Entah mengapa ucapan itu sangat mengganjal di hatiku, mengepul dalam ruang pikiranku seperti asap rokok yang tak dapat mengalir keluar karena berada di ruangan kecil tanpa jendela yang menghubungkannya dengan dunia luar. Begitu memekakkan jiwa. Tapi, aku takkan salahkan kau. Karena, aku sadar kata-kata puitis yang kuberikan hanyalah sejumput harapan dari luasnya kemaksimalan kenyataan. Namun, bagiku kata-kata itu sangatlah berarti. Bagaimana bisa seseorang bangkit dari terpuruknya tanpa harapan? Harapan bagiku adalah ruh bagi matinya jiwa. Namun, aku yakin kau pasti akan menertawainya kala aku berkata demikian bahkan mungkin kau akan berkata bahwa aku akan termakan angan-angan dan mati karena mimpi semata. Aku tahu kau adalah realita. Kau adalah jiwa yang terekat dalam pekatnya kenyataan sehingga kau tidak menyadari bahwa dunia ini masih indah, menurutku seperti itu. Terkadang aku bertanya dalam hati, apakah kau pernah merasakan “lepas bebas bahagia”, seperti aku yang untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di pantai indah nan luas? Apakah kau pernah duduk menonton film komedi sambil menikmati coffeemix hangat? Apakah kau pernah bermain ke fun city dan tertawa sepuasnya sambil menghabiskan koin yang baru saja kau beli untuk terakhir kalinya? Pernahkah kau? Sungguh aku ingin tahu…mungkin semua pertanyaan-pertanyaanku itu bisa diukur sekaliber pertanyaan anak SD saja dan lagi-lagi tidak dewasa hingga mungkin kau akan menertawaiku untuk yang kesekian kalinya. Tapi sungguh aku ingin tahu…mungkin kau bukanlah orang sepertiku. Mungkin kau punya arti tersendiri dalam memaknai kata “lepas bebas bahagia”. Kuyakin kau ingin tahu mengapa aku berkata seperti ini, semua ini terjadi kala tiada lagi kutemukan pelangi di wajahmu, tak ada lagi jemari menyambut hangat mentari seperti biasanya. Aku melihat beribu ton bebatuan seakan runtuh di pundak itu. Aku merasa kaki itu terikat kuat oleh sebuah besi baja hingga kau tidak seperti biasanya. Sekarang, anggap saja aku adalah makhluk dari negeri harapan yang terusik dengan hilangnya bintang jatuh di hidupmu.

NB: This article is bought to you by seeing my experience and it happened when I met someone who is very busy in his life...

Minggu, 26 Juli 2009

MALAIKAT PATAHKAN SAYAPKU

Puisi ini telah diterbitkan oleh Samarinda pos pada tanggal 13/04/07


Betapa bahagia yang tak terkira

Saat kudapati sepasang sayap lembut dan indah hiasi tubuhku

Kukepakkan sayap ini dan terbang

Senyumku mengalir dengan indah merona di angkasa

Namun, Malaikat datang di hadapanku

Dia tersenyum dengan lembut

Aku terpaku dengan keanggunannya

Tapi, apa yang terjadi???

Dia sentuh sayapku dengan lembut

Dan tiba-tiba dipatahkannya begitu saja sayapku

Oh..Aku menghujani bumi dengan air mataku

Aku terjatuh, terhempas, dan tertunduk di atas tanah manusia

Jahatnya!!!!

Baru kudapatkan sayap cantikku

Dengan mudahnya Malaikat hancurkan keindahanku

Entah mengapa ini semua terjadi

Dan Aku mulai bertanya

Apakah Malaikat datang hanya umtuk melihatku jatuh??

Jika memang begitu adanya

Biarlah Aku tetap disini

Walau tanpa bintang-bintang yang temaniku lagi..

Selamanya....


NB: Kesedihan datang bukanlah berarti hidup ini mati, tapi datangnya kesedihan adalah pintu menuju kebahagiaan

ANTARA CINTA DAN SAHABAT

Cerpen ini telah diterbitkan oleh Kaltim Post in Samarinda, pada tanggal 13/4/07 dan telah diikutkan dalam lomba cerpen se-Indonesia di KolomKita 2007


"Risaaa....Kecilkan suaranya!!!" Teriak Kak Dyo dari dalam kamarnya.

"Iya, iya...." Jawab Risa dengan sedikit ketus.

Risa mengecilkan volume suara Astrid yang terdengar seperti erangan lagu yang menyakitkan.

Yup!!! Risa memang sedang sedih yang bercampur kesal dan mengerang di dalam hatinya.

"Teganya!!!" Teriak Risa dalam hati dengan air mata yang tal dapat dibendungnya lagi.

Bayangkan saja, Ocha, Sahabat karibnya yang sudah lama begitu dekat, terlihat sedang asyik berduaan dengan Andi di depan sekolah tadi siang. Risa memang sangat menyukai Andi sejak awal mereka bertemu. Tinggi, tegap, tampan, dan pintar pula. Siapapun akan tertarik untuk lebih dekat dengannya. Termasuk Risa yang sudah lama menyimpan rapat perasaannya.

"Apakah selama ini Ocha tidak memperhatikan wajahku yang selalu merona jika melihat Andi lewat dihadapanku?? Atau Ocha memang tak peduli padaku??" Pertanyaan demi pertanyaan muncul di dalam otak Risa.

Awalnnya Ia memang tidak pernah menduga semua ini, karena Ocha telah memiliki kekasih yang setahu Risa sebagai The only one love bagi sahabatnya itu. Tapi, begitu Ia melihat kejadian yang terjadi sewaktu Risa pulang sekolah tadi. Oh..Entah kemana kesetiaan yang selama ini diagungkan oleh Ocha tarhadap kekasihnya.

Risa pun terlarut dengan kesedihannya itu hingga Ia tertidur dan lupa mematikan tape recorder yang dari tadi mengalun lembut menemani kesendiriannya.

"Ris..Risa!! Kamu dari mana aja sich?? Aku cariin kamu kemana-mana." Tanya Ocha pada sahabatnya itu di depan kelas.

"Emang gue biasanya kemana kalo pagi-pagi begini?? Ya ke kantinlah buat sarapan!!!"Jawab Risa dengan ketus dan membuat kaget sahabatnya itu.

"Kamu kenapa? Kok kayaknya aneh banget??" Ocha keheranan.

Tanpa basa-basi keluarlah kata-kata yang penuh makna dari mulut Risa kapada sahabatnya itu.

"Cinta kadang menyakitkan bila tanpa kesetiaan dan cinta kadang sangat melelahkan bila tanpa kesetiaan" Dengan wajah cueknya Risa berlalu dari hadapan Ocha yang masih terdiam kebingungan akan ucapan sahabatnya tadi.

Dan selama jam pelajaran hingga waktunya pulang, mereka tidak saling bicara. Risa dengan seribu diamnya yang menyimpan sesak di dada dan Ocha yang masih tak mengerti, memilih diam tanpa komentar apapun.

Sambil menunggu taksi yang datang, Risa duduk di taman depan sekolahnya. Namun, pikirannya terus melayang dan tak berhenti memikirkan Andi.

Sebenarnya Andi dan Risa pernah dekat. Mereka sering saling sapa hingga telpon-telponan hampir tiap malam. Tapi, entah mengapa atau mungkin Andi maupun Risa sama-sama memiliki kesibukan yang sangat padat. Hingga mereka lupa untuk saling bertanya kabar. Begitu classmeeting tiba, barulah Risa mulai mencari-cari kepingan hatinya itu lagi. Dan selanjutnya, tiba-tiba Ia melihat Ocha dan Andi saling canda di depan sekolah dengan akrabnya. Jelas saja Risa naik pitam. Setahu Risa, Sahabatnya itu tidak pernah mengenal Andi dengan akrab. Tapi, mengapa???

"Aku memang cemburu!!! Terus kenapa??" Bisik dalam hati Risa.

Risa tertunduk, menangis di atas kasurnya dan kecewa kepada sahabat karibnya. Tiba-tiba, Ia menemukan sebuah buku merah yang terdapat di bawah bantalnya. Ternyata, buku itu tertulis nama Kak Dyo. Dan judulnya cukup menarik Risa yang sedang gundah gulana. "Seberapa Pantas Dia Untukku??" Dengan judul itu dapat menggelitik Risa untukmembukanya. Selembar demi selembar terlewati. Wajahnya yang tadi pucat dan lesu, kini mulai memudar. Ternyata, isi buku menjelaskan tentang kekuatan hati untuk menahan segala rasa yang sebenarnya hanya membuang waktu.

"Aku memang suka, tapi entah ini cinta?" Pikirnya dalam hati.

"Cemburu?? Itu normalkan???" Tanyanya lagi dalam hati.

"Ocha sahabatku?? Dari dulu memang begitu kan???" Batinnya terus bertanya sekaligus memikirkan nasib cinta dan sahabatnya.

Ditutupnya buku merah itu. Dalam hatinya, Ia tau bahwa isi buku itu memberinya sebuah pemikiran, kalau perasaannya pada Andi dan rasa marahnya pada sahabatnya, Ocha, hanya membuang waktunya saja. Sesuatu yang belum jelas, malah menjadi hal yang terus dipikirkannya dari tadi.

Aku bukannya mengalah

Aku tidak menyerah

Aku punya rasa, punya cinta

Aku merasa bahagia

Bukannya Aku ingin lupakan semua cerita

Tapi, cukup sudah!!!

Aku tak mau tersesat tanpamu

Sahabatku...

Aku akan biarkan ini mengalir

Hingga noda menghilang dari hatiku

Maafkan Aku, wahai sahabatku..

Yang sudah mengacuhkanmu karena cemburuku.

Dilipatnya secarik puisi yang telah ditulisnya tadi. Dan berharap Ocha, sahabat karibnya akan mengerti apa yang telah terjadi. Dan berjanji dalam hatinya untuk menjelaskan semua kata-katanya yang pernah ditujukannya kepada sehabatnya itu besok dan mulai berjalan lagi tanpa ada rasa yang mencoba mempermainkan kesetiaannya akan sebuah persahabatan yang sangat dijunjungnya itu.

"Maafkankan Aku wahai sahabatku..." Kata maaf itu mengalir bersama dengan senyuman yang tenang di wajah Risa.

THE END

SAHABAT

Wahai sahabat, ada apa denganmu???
Kau kini bukanlah orang yang aku kenal lagi
Kata-katamu sekarang tidak bisa aku mengerti lagi
Mengapa kau tidak jujur padaku
Bukankah kita selalu bermain bersama,
Bernyanyi bersama, bahkan menangis bersama
Kita telah lewati hari dengan suka dan duka
Tapi kini kau bagaikan pasir yang mudah tersapu oleh ombak
Apapun yang telah terjadi padamu,
Aku akan selalu ada untukmu
Tapi hanya satu yang kuingin darimu,
Percayalah padaku...


NB: Puisi ini telah diterbitkan oleh Samarinda Pos pada tanggal 11 mei 06

JIKA KAU TAK DATANG MALAM INI

Kususuri jalan yang penuh dengan simburan cahaya dari ramainya dunia. Kutatap rembulan di atas sana. Ia bersinar namun sedikit tertutup oleh awan yang putih. Begitu setia ia di sana. Dan begitu mengherankan ketika malam ini tak kutemukan bintang-bintang di langit. Ke manakah mereka? Mengapa mereka tidak setia pada sang bulan? Teganya engkau duhai bintang, meninggalkan sang raja malam di singgasananya duduk sendiri. Sungguh aku tak suka padamu wahai bintang. Tak setia.


“Di dunia ini semuanya hadir berpasang-pasangan”. Itulah kata-kata yang paling kuingat dari seorang dosen yang mengisi kajian pagi ini. Huh. Memang semua ditakdirkan berpasang-pasangan, tapi mengapa mereka tidak setia. Mengingatkan aku pada kisah tadi malam. Kala kutemui rembulan yang termenung sendirian di atas sana. Berarti bintang telah menafikkannya bukan? Tak setia.


Kali ini kutemukan bintang bersinar dengan terangnya mendampingi rembulan malam. Beberapa remaja pasti menantikan dirinya. Berharap harapannya dapat dikabulkan olehmu. Hah. Siapakah dirimu wahai bintang sehingga generasi muda menggantungkan asanya padamu bukan kepada Sang Pencipta. Aku tak suka denganmu duhai bintang. Tak setia.


Jika memang sang bintang tercipta untuk rembulan, mengapa ia pernah meninggalkan rembulan sendirian? Ia takkan bersinar indah kala tiada rembulan di sisinya. Sebaliknya pun begitu. Namun, aku tak pernah menemukan satu hari di mana rembulan tak hadir menemani malam-malamku. Ia selalu datang walau kulihat ia tertatih tuk menampakkan wajahnya yang begitu elok rupawan. Tapi, ia selalu ada. Selalu datang. Tidak seperti engkau bintang. Tak setia.


Entah mengapa hatiku begitu marah pada bintang-bintang itu. Kali ini aku duduk di beranda rumahku tuk mengetahui apakah hari ini bintang kan hadir di sisi sang kekasihnya atau tidak.


Terkadang aku memang terlihat sangat gila. Hanya karena aku merasa bintang-bintang tidak terlihat di samping sang Rembulan saja, aku bisa kehilangan canda di raut wajahku. Sungguh kurasa ini tak masuk di akal, namun bagiku kesetiaan adalah segalanya. Jika kau memang berjanji tuk menemani, maka tepatilah itu.


Bagiku hadirnya bintang-bintang adalah ruh bagi rembulan. Begitupun sebaliknya. Rembulan pun adalah nafas bagi bintang-bintang. Semuanya saling membutuhkan. Bagaimana jika salah satunya pergi? Takkan indah malam ini.


Akhirnya, kutemukan mereka bersatu padu dalam damainya malam. Tak terasa butiran bening dari pelupuk mataku jatuh satu demi satu. Cahaya bulan memenuhi beranda rumahku dan bintang-bintang bersatu menjadi sebuah bentuk yang kurasa seperti sebuah layang-layang. Cantik. Sangat cantik.


Setelah aku merasa puas melihat dua sejoli tersebut dapat berjalan bersama. Rasanya aku iri dibuatnya. Walaupun sang bintang pernah meninggalkan rembulan sendiri. Tapi, hari ini kurasa mereka begitu sempurna. Seolah tidak terjadi apa-apa. Ataukah memang tidak ada yang terjadi? Atau hanya aku yang begitu berharap banyak pada mereka, padahal tak selamanya mereka bisa saling bersama.


Kusandarkan diriku pada dinding kamar yang berwarnakan hijau muda. Kutermenung akan kejadian hari ini. Mengapa aku begitu ingin melihat mereka bersama? Bintang dan rembulan. Karena tidak akan menyenangkan hariku tanpa melihat hadirnya mereka berdua di langit nan luas ini.


Walaupun aku sendiri di sini, tapi begitu aku menatapnya serasa ramai hatiku. Seolah aku menemukan sahabat-sahabat yang takkan pernah menghakimi aku ketika aku menangis karena mengulang semua kesalahan lagi. Sahabat yang selalu datang kala aku merasa sepi. Sahabat yang mengerti arti senyumku yang berlapis duka. Sahabat yang tak hanya menjadikanku sebagai tempat ia bercerita, tapi lebih dari itu. Dan sahabat yang akan menyimpan semua keluh kesahku bagai buku diari yang rapat terkunci.


Sempurna. Selalu itu yang kuinginkan. Setia. Selalu itu yang kusenandungkan. Seperti rembulan dan bintang. Mereka harus bersama! Karena mereka tercipta berpasangan. Mereka harus ada malam ini! Karena hanya merekalah temanku di kala malam.


Kali ini, kucermati lagi kata-kata yang baru saja terucap dari bibirku. Astaghfirullah. Kejamnya aku. Begitu kerasnya hatiku. Aku mengharuskan mereka ada dan harus bersama hanya untuk menemaniku yang sepi. Egoisnya aku. Aku yang selalu meminta kehadiran rembulan dan bintang di malam-malamku, namun tak kusadari bahwa kadang mereka memang tak bisa nampak di gelapnya malam karena tertutup awan. Seharusnya aku sadari bahwa sebenarnya mereka selalu hadir di malam-malamku, tapi aku saja yang tak dapat melihatnya.


Seketika pula kuteringat akan sebuah syair yang disenandungkan oleh Nuseib Uraidhah kepada saudaranya:

Bila engkau berjalan sendirian

Dan terhadapku engkau bosan,

Berjalanlah ke mana engkau mau

Tetapi percayalah akan kau dengar suaraku memanggilmu

Dengan panggilan, ‘Hai saudaraku…’

Dalam rangka tunaikan risalah

Tatkala itu pula kan datang kepadamu selalu

Kumandang cintaku di mana pun engkau berada

Dan

Kan berdenting di telingamu

Kala itulah kau dapati keindahan dan keagungannya…


Maafkan aku wahai sahabatku. Rembulan. Bintang. Karena aku terlalu egois yang menginginkan kalian hadir di malamku. Padahal aku tak tau apa yang terjadi pada dirimu. Maafkan aku yang terlalu meminta sebuah kesempurnaan padahal aku pun sebagai sahabatmu tak bisa menjadi yang sempurna. Maafkan aku pula kala aku menuntut kesetiaanmu tuk hadir menemaniku, padahal belum tentu aku dapat melakukan hal itu kala kau yang meminta.


NB: Cerpen ini merupakan sebuah perwujudan dari sebuah rasa yang kudapatkan ketika aku telah hidup di sebuah wadah baru yang menaungi aku dan saat itulah aku melihat pelbagai problem yang hadir sehingga membukakan mataku untuk bisa menjadi manusia yang berarti bagi orang lain.